3 Agustus 2015

Proyek doctorSHARE di Kei Besar: Dari Warga, Oleh Warga, Untuk Warga

Share

“Dok, kami sangat bersyukur dan mendukung pembangunan klinik ini. Kami berharap bisa berobat tanpa kesulitan lagi. Kalau sakit, kami harus menyeberang ke Pulau Kei Kecil. Tapi bagaimana bisa? Untuk makan sehari-hari saja sulit….“

 

Harapan warga Kei Besar membuncah sejak pertama kali mendengar rencana pembangunan klinik doctorSHARE. Dan harapan ini membesar pada 27 April 2015. Hari itu, mata kami mengerjap menyambut datangnya pagi, mengikuti tubuh yang sudah bersemangat mempersiapkan acara peletakan batu pertama klinik doctorSHARE di Pulau Kei Besar, Maluku Tenggara.

 

Rangkaian acara berlangsung lancar. Hujan yang turun tak sedikit pun mengurangi antusiasme 200 peserta untuk datang dan menyaksikan peletakan batu pertama. Ketua DPRD dan Bupati Maluku Tenggara hadir memberikan dukungan penuh atas rencana pembangunan klinik.

 

Ya, peletakan batu pertama di Lahan Balsomait ini menggoreskan sejarah bagi doctorSHARE. Inilah bentuk syukur kami atas perjuangan mencari pemilik lahan selama beberapa bulan terakhir.

 

Apa sih sulitnya mencari lahan hingga butuh perjuangan tersendiri? Di kota besar semacam Jakarta, tentu sangat mudah bagi Anda untuk membeli lahan. Pemiliknya jelas. Setiap jengkalnya sudah diukur dengan baik. Sertifikat pun tersedia sebagai bukti kepemilikan yang legal.

 

Tapi di pulau-pulau pedalaman seperti Kei Besar, sebagian besar lahan masih berupa hutan atau lahan tanaman yang selama ini tidak pernah bersertifikat. Masyarakat setempat menyebutnya tanah adat yang merupakan warisan lintas generasi. Batas-batas lahan pun tak jelas. Ketidakjelasan batas-batas lahan pada akhirnya kerap berujung pada konflik.

 

Kondisi seperti inilah yang harus kami hadapi. Setelah melalui perjuangan panjang, termasuk menyaksikan konflik antara pemilik dan penggarap, doctorSHARE akhirnya memiliki lahan tersebut. Di lahan inilah kami akan menjalankan program klinik, panti rawat gizi, gedung pelatihan bidan dan dukun bersalin, serta pengembangan lahan fitofarmaka atau kebun tanaman obat.

 

Apa pentingnya program-program tersebut bagi masyarakat Kei Besar sehingga doctorSHARE berjuang keras mewujudkannya?

 

Selama 10 bulan menjadi relawan doctorSHARE dan dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) di wilayah ini. banyak sekali yang saya temukan. Saya makin yakin bahwa tak ada alasan bagi warga Kei Besar untuk tetap miskin dan terbelakang. Tanahnya begitu subur dan dapat ditanami berbagai jenis sayuran seperti terong, labu air, sawi hijau, tomat, dan cabai.

 

Masalahnya, tanaman sayur perlu perawatan ekstra seperti dipupuk dan disiram setiap hari. Warga pun enggan dan lebih memilih sekedar menanam umbi-umbian seperti singkong, ubi, dan keladi. Warga tak sadar bahwa asupan pangan yang bervariasi amat diperlukan agar gizi tercukupi.

 

Minimnya minat warga untuk lebih berkreasi dalam mengelola lahan jelas menjadi salah satu penyebab buruknya status gizi mereka. Saya menemukan banyak kasus gizi buruk di kalangan anak-anak. Dari penelusuran, saya pun paham bahwa mereka hanya makan untuk mengenyangkan perut.

 

Yang dimakan seringkali hanya nasi putih tanpa lauk apapun. Jika kocek sedang seret, seringkali mereka hanya makan sedikit nasi yang diberi banyak air putih agar cepat kenyang. Ini jelas merupakan sebuah ironi karena solusinya sebenarnya sudah ada di tangan sendiri.

 

Yang mereka butuhkan adalah kesadaran dan kesadaran ini dapat diperoleh jika ada yang mulai bergerak memberi contoh nyata. Di titik inilah doctorSHARE hadir. Kami sangat rindu melihat masyarakat Kei Besar sejahtera dan sehat secara mandiri: dari warga, oleh warga, dan untuk warga.

 

Kami sadar bahwa sehat dan sejahtera adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dilepas oleh lem bernama edukasi yang wajib melibatkan warga Kei Besar itu sendiri. Selain tanaman pangan, tanaman obat juga sesungguhnya dapat dikembangkan sebagai solusi mengatasi sejumlah penyakit. Alih-alih hanya menunggu diobati dokter, gizi buruk dan penyakit sesungguhnya dapat dicegah.

 

Tentu pekerjaan ini tak semudah membalikkan telapak lengan sehingga kami pun memutuskan hadir di sana. Seperti yang kami ungkapkan dalam kata sambutan pada acara peletakan batu pertama, tujuan terpenting proyek ini adalah memberdayakan warga Kei Besar sehingga mereka tak hanya sehat namun juga cerdas dan mampu membangun daerahnya sendiri dengan baik.