5 Januari 2016

Catatan Awal Tahun 2016: doctorSHARE untuk Indonesia Sehat

Share

Sepanjang 2015, kegiatan-kegiatan doctorSHARE meningkat tajam secara kuantitatif maupun kualitatif. Persis menjelang pergantian tahun 2014 ke 2015, relawan doctorSHARE merelakan hari liburnya bersama keluarga demi memberikan pelayanan medis bagi korban banjir di Bandung Selatan.

 

Masih di awal tahun 2015, dr. Angelina Vanessa dan para relawan lainnya berhasil mengumpulkan anak-anak balita gizi kurang dan gizi buruk gizi dari daerah-daerah terpencil di sekitar Pulau Kei Besar dan merawat mereka di Panti Rawat Gizi (PRG) atau Therapeutic Feeding Center (TFC) doctorSHARE.

 

Keberhasilan ini perlu diapresiasi karena pada awal tahun, Kei dan sekitarnya mengalami musim ombak. Keberanian berlayar mengunjungi daerah-daerah sulit menunjukkan dedikasi anggota tim yang tahu untuk apa mereka melakukannya.

 

Balita-balita tersebut tidak hanya menderita kekurangan gizi tapi juga rentan bahkan sudah terserang penyakit-penyakit penyerta lainnya sehingga harus intensif diobati. Beberapa di antara mereka berhasil ditolong.

 

Peristiwa ini patut menjadi catatan tersendiri. Berawal dari peristiwa ini, Pemprov Maluku dan Kementerian Kesehatan menyadari bahwa di tempat-tempat terpencil di Kepulauan Maluku, masih terdapat anak-anak dengan kelainan gizi yang belum dientaskan.

 

Pemprov Maluku menawarkan kerjasama dengan doctorSHARE untuk melayani seluruh Provinsi dengan sebuah RSA (Rumah Sakit Apung) yang tak hanya terbatas di Maluku Tenggara. Kami menyambut tawaran ini dan sebuah MoU telah ditandatangani dan disaksikan langsung oleh Menteri Kesehatan, Ibu Nila F. Moeloek.

 

Kami juga sepakat dengan ibu Menkes yang berpendapat bahwa pemerintah, swasta, dan LSM perlu bekerjasama demi membangun Indonesia kita. Siapa yang dapat menyelesaikan suatu persoalan, silakan dilakukan demi keuntungan masyarakat luas,. Tak perlu membeda-bedakan.

 

Masih pada awal tahun, doctorSHARE berhasil membeli sebidang tanah dua hektar di Desa Rahareng, Kei Besar. Perundingan dan negosiasi dengan berbagai pihak telah dimulai sekitar pertengahan 2014. Bertolak belakang dengan skeptisisme banyak orang Kei yang berpendapat bahwa lahan tersebut tidak akan dapat kami beli, kenyataan berkata lain.

 

Dengan kepiawaian negosiasi, kelembutan dan kesabaran akhirnya lahan tersebut berhasil kami beli. Kami sampaikan terima kasih pada Pemkab Maluku Tenggara atas segala bantuan nyata serta pendampingan yang diberikan kepada kami hingga lahan ini dapat kita peroleh dan kita bangun.

 

Peletakan batu pertama pembangunan klinik telah dilakukan oleh Bupati Maluku Tenggara, Bapak Ir. Anderias Rentanubun pada April 2015. Pembangunan gedung klinik selesai pada November 2015. Selanjutnya, sedang dibangun ruang-ruang untuk Panti Rawat Gizi, pelatihan bidan-bidan lokal, asrama karyawan dan kebun fitofarmaka. Semua dilakukan secara bertahap.

 

Memperingati pelayaran perdana RSA I  pada 16 Maret 2013, maka pada 16 Maret 2015 kami melangsungkan pelayanan medis tetralogi secara serentak di empat lokasi, masing-masing di Pulau Nias (Sumatera Utara); Muara Kaman, Kutai Kartanagara (Kalimantan Timur); Pulau Kei Besar (Maluku) dan Sugapa, Kabupaten Intan Jaya (Papua). Pelayanan di Sugapa merupakan pelayanan Dokter Terbang (Flying Doctors) perdana.

 

Pelayanan-pelayanan yang dilakukan doctorSHARE bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Ini berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan relawan. Relawan-relawan yang bertugas baik di kantor maupun lapangan datang dan pergi silih berganti. Ada yang mendedikasikan diri dan waktu mereka dalam jangka panjang, adapula yang hadir pada waktu dan event-event tertentu.

 

Pelayanan-pelayanan doctorSHARE pun menuai apresiasi dari berbagai pihak dalam berbagai jenis mulai dari ucapan verbal terima kasih dan harapan agar tim datang kembali maupun dalam bentuk tertulis seperti kesaksian-kesaksian yang kami publikasi melalui media sosial.

 

Penghargaan ini tidak hanya kami terima dari masyarakat tapi juga pemerintah. Salah seorang relawan doctorSHARE yaitu dr. Karnel Singh mendapat penghargaan sebagai dokter teladan Kabupaten Maluku Tenggara 2015 karena dedikasi dan pengabdian beliau melebihi ekspektasi tugas dan kewajiban yang selama ini dibebankan kepada para dokter PTT.

 

Pelayanan medis terpadu yang dipusatkan di atas sebuah Rumah Sakit Apung menunjukkan bukti bahwa pelayanan semacam ini dibutuhkan dan efektif di daerah-daerah terpencil. Seorang ibu muda yang datang dalam keadaan gawat janin, ditolong melalui pembedahan caesar di atas kapal. Ibu dan anak berhasil diselamatkan dan berada dalam kondisi sehat walafiat. Ini terjadi saat angka kematian bayi dan ibu melahirkan masih sangat tinggi di Indonesia Timur.

 

Kami tidak mengatakan bahwa kami berhasil menyelesaikan masalah di sana tapi kami telah menawarkan salah satu alternatif.

 

Kami juga sadar bahwa ada masyarakat kita yang tinggal di tengah hutan pegunungan Papua dan belum terjangkau. Mereka pun berhak menikmati pelayanan. Kami sadar bahwa bantuan yang kami berikan belum signifikan dibandingkan luas daerah. Sulitnya medan tanpa infrastruktur serta penduduk yang tersebar di berbagai lokasi tanpa pemetaan yang akurat membuat pelayanan medis yang kami berikan bak menuang garam ke dalam lautan.

 

Namun kami tetap berupaya sekuat tenaga melayani dengan kesungguhan hati. Mengandalkan dukungan finansial sedikit demi sedikit dari donatur-donatur setia dan peralatan seadanya, kami melaksanakan tugas pelayanan ini. Apa yang kami lakukan menimbulkan kepercayaan masyarakat lokal, bahwa mereka tidak akan kami lupakan karena mereka juga saudara-saudara yang kita kasihi.

 

Kesadaran ini membuat kami memulai pelayanan Dokter Terbang (Flying Doctors). Kami terbang dengan pesawat perintis, lalu perjalanan dilanjutkan dengan ojek untuk akhirnya diteruskan dengan berjalan kaki mendaki gunung, menuruni lembah dan menyeberangi sungai hingga sampai ke tujuan akhir yaitu tempat bermukimnya mereka-mereka yang terabaikan.

 

Sepanjang 2015, telah berlangsung tiga ronde pelayanan medis Flying Doctors bekerjasama dengan Yayasan Somatua. Setidaknya, kami mengunjungi dua distrik yang masyarakatnya belum pernah melihat dokter sepanjang sejarah kemerdekaan Indonesia, bahkan jauh sebelum itu. Kedua distrik tersebut adalah Distrik Gagemba dan Ugimba. Keduanya berlokasi di pegunungan tengah.

 

Menarik untuk menyimak perkataan koordinator lapangan pelayanan medis di Distrik Ugimba, dr. Riny Sari Bachtiar, MARS. Ketika mendapat kabar bahwa tak ada helikopter yang bisa membawa tim ke Ugimba, dengan enteng beliau menjawab, “kalau Tuhan menghendaki kita ke sana, kita akan sampai ke sana, dengan helikopter ataupun jalan kaki.

 

Mereka melakukan perjalanan menembus hutan di bawah guyuran hujan dalam dinginnya udara pegunungan malam hari, melewati sungai hanya diterangi senter kepala. Sungguh semangat pelayanan yang didasari kasih tanpa pamrih. Hanya doa tulus dan ungkapan yang keluar dari lubuk hati saya: terima kasih, hai kalian. Bayangkan, 13 jam perjalanan ditempuh berjalan kaki.

 

Setelah melayani di Kepulauan Maluku, Papua Barat dan Papua secara non stop dari Maret hingga November 2015, RSA doctorSHARE yang pertama, RSA dr. Lie Dharmawan, akhirnya merapat ke Samarinda untuk naik dok guna menjalani reparasi besar. Pada November 2015, RSA kedua doctorSHARE melakukan pelayaran perdananya ke Jambi.

 

Di samping kegiatan-kegiatan pelayanan di lapangan, kami pun melakukan pembenahan organisatoris – administratif agar doctorSHARE bisa benar-benar tampil sebagai sebuah organisasi modern sesuai perkembangan jaman.

 

Tiga tahun terakhir (enam tahun sejak berdirinya doctorSHARE), ketika biaya operasional tak mungkin lagi ditanggung secara individual terutama ketika RSA I sudah mulai beroperasi, donasi pihak ketiga mulai mengalir masuk khususnya setelah tayangan Kick Andy bulan Maret 2014. Administrasi secara bertahap dan konsisten diperbaiki.

 

Staf ditambah, studi-studi banding dilakukan, pakar-pakar dalam berbagai bidang ikut berpartisipasi, baik paruh waktu maupun purna waktu. Motto kami, mendapat kepercayaan itu sulit namun menjaga kepercayaan itu lebih sulit.

 

Karena itu, dalam pengelolaan organisasi, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab dan pengawasan kami atur ketat sehingga dana pihak ketiga yang dipercayakan pada kami benar-benar dapat dipergunakan sebesar-besarnya untuk manfaat masyarakat yang membutuhkannya.

 

Kami menjalin kerjasama dengan beberapa pihak agar profesionalisme kinerja doctorSHARE, terutama transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana yang terkumpul benar-benar dapat dipertanggung jawabkan kepada publik.

 

Untuk tahun 2016, doctorSHARE telah membuat sebuah program acuan tentang apa yang akan dilakukan RSA III. RSA III akan selesai dirombak untuk melayani masyarakat di Provinsi Maluku.

 

Setelah peralatan medis maupun non medis sampai di Kei Besar, klinik dan Panti Rawat Gizi (Therapeutic Feeding Center) di Rahareng akan difungsikan. Sementara itu, pembangunan fisik lainnya akan diteruskan sesuai kondisi keuangan yang tersedia.

 

RSA I, RSA II maupun Flying Doctors telah menyusun rencana kegiatan yang siap diimplementasikan pada tahun ini. Walaupun program acuan 2016 telah ada, namun pelayanan yang kami lakukan dapat sewaktu-waktu berubah sesuai kebutuhan dan kesanggupan kami.

 

doctorSHARE akan tetap pada visinya memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan, khususnya di bidang medis hingga Indonesia Sehat tercapai.

 

Selamat Tahun Baru 2016. Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita.