22 Agustus 2016

Harapan Baru untuk Epin

Share

Sebulan sebelum misi pelayanan medis, Maria Konikaba mendengar tentang pengobatan gratis doctorSHARE di rumah sakit terapung dari seorang teman. Informasi itu memberi harapan baru bagi anaknya untuk sembuh. Setelah kapal melewati depan Lapangan Galatama di Sumba Barat Daya, Alexander Lende (suami Maria) bergegas menyiapkan fotokopi KTP dan Kartu Keluarga. Ini diperlukan untuk mendaftar program operasi gratis.

Keesokan harinya, pendaftaran operasi gratis diadakan di Pelabuhan Waikelo. Pagi-pagi sekali, Alex membawa Maria dan kedua anaknya ke pelabuhan dengan sepeda motornya.

Sayangnya, satu persyaratan belum terpenuhi. Jadi Alex harus kembali ke rumah untuk menemui kepala desa untuk mendapatkan SKTM (Bahasa Indonesia: Surat Keterangan Tidak Mampu). SKTM adalah konfirmasi tertulis bahwa seseorang berada dalam kondisi keuangan yang serius. Persyaratan birokrasi diperlukan karena memungkinkan doctorSHARE untuk mengidentifikasi pasien dan menambahkan prosedur yang diterapkan ke dalam catatan yang sesuai. Catatan yang tepat itu penting, terutama jika pasien memerlukan perawatan lebih lanjut. Tentu saja, dalam keadaan darurat, prosedur birokrasi tidak diterapkan.

Alex berangkat ke pelabuhan lagi segera setelah ia menerima SKTM karena Maria dan kedua anak mereka sudah menunggu di sana. Suhu udara pada hari itu cukup tinggi dan Maria merasa khawatir saat menunggu suaminya. “Saya takut pendaftaran akan segera ditutup,” katanya.

Langit sudah mulai gelap ketika Alex tiba dengan SKTM. Vincentius (9) dan Crista (7) langsung diperiksa. Kedua anak itu didiagnosa menderita Hernia. Sayangnya, hanya Vincentius yang bisa ditangani oleh tim doctorSHARE karena kondisi fisik Crista tidak memungkinkan untuk dioperasi.

Vincentius, yang lebih dikenal dengan nama Epin, sebenarnya didiagnosa menderita hernia kronis. “Sejak Epin mulai berjalan, kami bisa melihat benjolan di perut bagian bawahnya,” ujar Maria sambil menunjukkan tonjolan tersebut. “Dia sering menangis sampai wajahnya membiru ketika benjolan itu tiba-tiba mengeras dan membesar.”

Menurut Maria, kotoran Epin sangat keras, kehitaman, dan hanya sebesar butiran kaca. “Seperti kotoran kambing,” jelasnya. Kondisi Epin mirip dengan kondisi adiknya, Crista, menurut Maria: “Crista juga merasakan sakit di perutnya dan seringkali benjolan itu juga muncul.”

Maria dan Alex bekerja keras untuk merawat kedua anak mereka. Masalah utamanya adalah situasi keuangan keluarga serta infrastruktur medis. Di Sumba Barat Daya, belum ada rumah sakit umum sehingga perjalanan ke rumah sakit serta operasi itu sendiri tidak terjangkau bagi keluarga.

Alex adalah seorang guru dengan gaji rendah, Maria adalah seorang ibu rumah tangga. “Bahkan tidak cukup untuk mencari nafkah,” kata Maria. Pangan yang dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari seringkali tidak terjangkau.

Beberapa tahun yang lalu, Alex mencoba mencari pengobatan alternatif yang lebih murah: Terapi pijat. Namun, pendekatan ini tidak berhasil. Ketika Epin dipijat, ia menjerit karena rasa sakitnya. Benjolan itu juga tampak semakin membesar. “Jadi kami menghentikan pengobatan untuk Epin dan Crista tidak menerimanya sama sekali,” kata Alex.

Pengobatan alternatif dengan cara dipijat ini tidak dianjurkan dari segi medis. “Hernia tidak akan sembuh dengan pijatan. Justru akan mempersulit operasi, karena akan menambah lengketnya organ dan jaringan yang terkena,” jelas pendiri doctorSHARE, dr Lie A. Dharmawan, PhD, FICS, SpB, SpBTKV.

Setelah operasi, Epin dipindahkan ke Puskesmas Watukaula untuk melanjutkan perawatan pasca operasi. Ketika tim doctorSHARE mengunjunginya untuk pemeriksaan, Alex dan Maria mengucapkan terima kasih dan menyatakan harapan mereka bahwa tim akan kembali ke Sumba Barat Daya untuk mengoperasi Crista juga ketika dia sudah cukup umur. Bagi mereka, tim dari doctorSHARE memantik secercah harapan dalam keluarga mereka dan terutama pada Epin dan Crista yang akan dapat hidup normal dalam kondisi sehat.

 

Ditulis oleh: Azizah Nida Ilyas, S. Kom. I
Diterjemahkan oleh: Paulus Sugih Firmanto
Disunting oleh: Jendrik Silomon