13 September 2016

Sausapor, Sebuah Jeritan Kerinduan untuk Staf Medis

Share

Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, seluas 5.180 kilometer persegi, hanya dapat diakses melalui jalan raya sepanjang 193 kilometer (CBS, 2014). Hanya 7 dari 11 distrik di Kabupaten Tambrauw yang terhubung dengan jalan raya. Ini adalah jumlah yang sangat rendah dibandingkan dengan Pulau Jawa yang hampir setiap desa terhubung dengan infrastruktur transportasi.

Bentang alam Kabupaten Tambrauw dicirikan oleh daerah yang sangat berbatu dan berbukit-bukit. Hal ini menyebabkan sangat sulit dan mahal untuk membangun infrastruktur modern di kabupaten ini. Di beberapa daerah, penduduk masih harus menggunakan jembatan kayu buatan tangan untuk menyeberangi sungai. Oleh karena itu, satu-satunya kemungkinan untuk menjelajahi wilayah ini dengan mobil adalah dengan menggunakan kendaraan segala medan. Mobil-mobil lain tidak dilengkapi untuk menghadapi kondisi wilayah ini.

Masalah infrastruktur menyebabkan biaya transportasi dan distribusi berbagai barang yang diperlukan di antara distrik ini sangat tinggi. Harga terendah untuk bensin per liter yang dapat ditemukan di Pelabuhan Sausapor, yang berada di pintu gerbang kabupaten dan oleh karena itu dapat diakses dengan mudah, adalah sekitar Rp. 10.000 (sekitar 0,8 US$). Di Jawa, jumlah bensin yang sama tersedia dengan harga sekitar dua pertiga dari jumlah tersebut (sekitar Rp. 6.500).

Tentu saja, karena kurangnya infrastruktur, harga bensin meningkat seiring dengan jarak ke pelabuhan Sausapor. Hal ini memudahkan untuk membayangkan betapa sulitnya bagi penduduk setempat yang tidak kaya untuk mengakses berbagai sumber daya dan suplemen yang mereka butuhkan untuk kehidupan sehari-hari.

Distrik Sausapor adalah ibu kota Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Karena pentingnya, Sausapor adalah distrik yang paling berkembang di dalam Kabupaten Tambrauw. Awalnya, Distrik Fef direncanakan sebagai ibu kota distrik, tetapi infrastrukturnya tidak sesuai, oleh karena itu Sausapor dipilih. Lokasi Sausapor sangat optimal untuk membangun koneksi dan jalur transportasi dari dan ke kota Sorong melalui laut atau darat. Singkatnya, infrastruktur transportasi Sausapor dianggap paling memadai dibandingkan dengan kabupaten lain di Papua.

Pusat kegiatan ekonomi yang terletak di Sausapor juga tampak lebih “sejahtera” dibandingkan dengan distrik-distrik lain di Tambrauw. “Sejahtera” bukan berarti terdapat pusat-pusat perbelanjaan modern yang tertata rapi. Artinya, jumlah warung atau toko-toko kecil yang menjual barang-barang kebutuhan primer dan sekunder penduduk lebih banyak dibandingkan dengan distrik-distrik lain di Paupa Barat.

Berbicara mengenai pelayanan kesehatan, Sausapor juga tergolong daerah yang paling maju dibandingkan dengan distrik-distrik lain di Kabupaten Tambrauw. Dalam hal misalnya tenaga medis, Sausapor menempati urutan tertinggi dalam hal jumlah tenaga medis per kapita (CBS, 2014). Di Sausapor, dua dokter dan 28 paramedis, 15 perawat dan 13 nonperawat, beroperasi di seluruh distrik. Mengacu pada data yang sama, 10 distrik lain di Tambrauw tidak memiliki dokter umum atau dokter sama sekali. Distrik Kebar, Ambebaken, Senopi, Mubrani, dan Moraid bahkan tidak memiliki tenaga medis.

“Dalam upaya membangun infrastruktur medis, hampir semua distrik telah membangun Pusat Kesehatan Masyarakat. Namun, masalah utama kami adalah kurangnya tenaga medis,” kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tambrauw John. E.P. Smas. Pernyataan tersebut disampaikannya di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Tambrauw pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2016.

Smas menyatakan bahwa Puskesmas di setiap kecamatan yang tidak didukung oleh tenaga dokter sering menimbulkan kesulitan bagi warga Kabupaten Tambrauw. “Mereka sering dialihkan ke Sausapor untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik,” kata Pak Smas. Setiap kecamatan di Kabupaten Tambrauw sudah memiliki Puskesmas sendiri. Beberapa distrik juga memiliki Puskesmas Pembantu seperti di distrik Myah, Abun, dan Fef. Distrik Sausapor sendiri memiliki dua Puskesmas Pembantu. Sub-Pusat Kesehatan Masyarakat ini biasanya berfungsi sebagai unit pendukung untuk kegiatan Pusat Kesehatan Masyarakat utama, seperti rawat inap pasien.

Distrik Kwoor, yang berjarak sekitar 35 kilometer dari Sausapor, memiliki Pusat Kesehatan Masyarakat dan juga Sub-Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat utama juga memiliki rumah sakit yang ukurannya sesuai untuk 947 penduduk Distrik Kwoor. Namun, ketika kami mengunjungi rumah sakit pada hari Kamis tanggal 23 Juni 2016, tidak ada staf medis sama sekali yang dapat ditemui oleh tim kami.

Bangunan rumah sakit yang baru terlihat sangat terabaikan. Beberapa orang bahkan merokok di dalam Puskesmas. “Puskesmas ini jarang sekali ada pasien, mas. Kepala Puskesmas ini juga tidak ada di sini,” kata seorang pria yang tidak mau disebutkan identitasnya.

Beberapa rumah semi permanen (terbuat dari kayu) dan permanen (terbuat dari beton) di sekitar Desa Kwoor di Distrik Kwoor, tempat Puskesmas berada, tidak dilengkapi dengan fasilitas toilet. Menurut penduduk setempat, tiga sampai empat rumah tangga harus berbagi satu toilet. Berdasarkan pengamatan, masih banyak orang yang buang air besar di sungai dan di rerumputan.

Untuk mengakses Kwoor dari Sausapor dinilai sangat sulit. Ada jalan yang sudah ada namun kondisinya jauh dari kata layak. Di beberapa daerah, warga harus menyeberangi sungai tanpa jembatan. Selama perjalanan, tim mencatat ada empat titik dengan kondisi tersebut. Kondisi jalan membuat misi di daerah ini sangat sulit: berbatu, licin, dan di beberapa segmen sangat curam.

Tak heran jika banyak pasien yang merupakan warga distrik Kwoor saat doctorSHARE melakukan misi pelayanan medis di Pelabuhan Sausapor dari tanggal 19 hingga 26 Juni 2016. “Banyak sekali penduduk Kwoor yang memanfaatkan layanan medis yang ditawarkan doctorSHARE”, kata Pak Smas, “Saya mengamati bahwa jumlah penduduk Kwoor melebihi jumlah penduduk distrik Sausapor yang lebih besar.

CBS, 2014: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong: Statistik Daerah Kabupaten Tambrauw, 2014

 

Ditulis oleh: Muhammad Rifqy Fadil
Diterjemahkan oleh: Astri Puspitadewi
Diedit oleh: Jendrik Silomon