28 September 2016

Rizky, Laode, dan Kisah Hernia Anak

Share

Raung tangis terdengar dari ruang rawat pasien pasca operasi. Suara itu berasal dari seorang bocah yang baru saja menyelesaikan operasi hernia di RSA Nusa Waluya I yang sandar di Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Bocah tersebut bernama Rizky.

Di sebelahnya, kawan sebaya teman mainnya sedang bersiap memasuki ruang operasi. Ia menderita penyakit yang sama dengan Rizky yaitu hernia. Kedua bocah tersebut masih berusia 5 tahun. Hernia tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa dengan pekerjaan berat. Hernia juga dapat menyerang anak-anak bahkan bayi.

Rizky dan Laode berasal dari desa yang sama yaitu Lambur 1. Keduanya teman sepermainan dan sama-sama bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di daerah tersebut.

Bukanlah kebersamaan keduanya yang membuat mereka mengidap hernia. Hernia tidak menular, namun bisa jadi faktor keturunanlah yang jadi penyebabnya.

Hernia dapat terjadi karena berbagai faktor. Ada yang disebut hernia dapatan atau akuisita, biasanya terjadi pada orang dewasa. Hernia jenis ini bisa terjadi akibat kegiatan yang terlalu berat.

Jenis hernia lainnya adalah hernia bawaan yang ada sejak lahir atau saat masih anak-anak. Hernia itu disebut sebagai hernia congenital. Hernia jenis ini dapat disebabkan oleh faktor keturunan.

Orang tua Laode telah membawanya untuk diperiksa di puskesmas terdekat dan dinyatakan mengidap hernia sejak Juli lalu. Namun, Laode belum langsung dioperasi karena orang tuanya masih khawatir akan banyaknya desas-desus yang beredar perihal operasi hernia.

Berbeda dengan kawannya, putra dari Aminudin (47) ini memiliki keluarga yang mempunyai catatan penyakit hernia. Ia baru memeriksakan anaknya sebelum operasi diadakan oleh doctorSHARE. Namun, ia telah mengetahui persoalan hernia ini sejak beberapa bulan lalu.

Sejumlah pasien hernia di Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi adalah anak usia di bawah 17 tahun. Kasus ini tidak hanya ditemukan doctorSHARE di Jambi. Saat melakukan pelayanan medis di Sintang, Kalimantan Barat, tim juga menemukan banyak anak mengalami hernia.

Mengingat usia yang masih muda dan memikirkan masa depan, terkadang orang tua khawatir untuk membawa anaknya dioperasi. Selain isu biaya, akses dan fasilitas kesehatan, permasalahan lainnya adalah ketakutan akan terjadinya kelainan fungsi reproduksi pada anak.

“Bagian reproduksi pada pria memiliki saluran yang dekat dengan kantong hernia tapi tidak menyatu. Tindakan operasi yang baik tidak akan mengakibatkan gangguan pada saluran tersebut. Jadi kemungkinan munculnya kelainan atau gangguan pada hal tersebut biasanya tidak ada,” jelas dr. Yulius Wimbo, SpB.

Dengan penanganan yang baik, operasi hernia bahkan dapat dilakukan pada bayi. Menurut dr. Yulius Wimbo, SpB, beberapa penelitian mengungkapkan operasi pada bayi dapat dilakukan sejak dua minggu setelah teridentifikasi hernia.

Aturan lain mengenai operasi besar mengungkapkan standar untuk operasi pada bayi. Aturan tersebut adalah bayi harus berusia minimal sepuluh minggu, dengan berat lebih dari 10 kg.

Hernia perlu ditangani secepatnya. Jika tidak, hernia dapat membuat organ-organ tertentu seperti usus, menjadi terjepit. Kondisi tersebut berbahaya. Jika tak segera dilakukan tindakan, usus dapat mati atau tidak berfungsi.

Lebih dari itu, bila kotoran sudah menumpuk, usus mati tersebut bisa pecah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan komplikasi penyakit yang dapat berujung pada kematian.

Di mata masyarakat, hernia dikenal sebagai penyakit turun berok. Turun berok adalah kondisi dimana otot tidak dapat menopang organ tubuh. Ada berbagai macam jenis hernia berdasarkan letaknya.

Pada masyarakat tradisional, turun berok umumnya diatasi dengan cara dipijat untuk menaikkan kembali bagian usus yang turun dan meletakannnya ke tempat semula. Cara tersebut dinilai dokter tidak aman.

“Pada saat pengurutan, usus yang keluar bisa terpelintir sehingga menjadi kekurangan darah. Ususnya akan mati. Urut sendiri hanya bersifat sementara dan hernia kemungkinan kembali timbul,” terang dr. Yulius Wimbo SpB.

Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk operasi lebih mahal dibandingkan urut, keselamatan dan kualitas penyembuhannya lebih baik. Selain itu, kemungkinan hadirnya kembali hernia lebih besar bila hanya diurut.

Setelah operasi, pasien harus menjalani masa pemulihan. Masa pemulihan luka pasca operasi dapat selesai dalam waktu dua minggu. Setelahnya, pasien juga sangat disarankan untuk hanya melakukan aktivitas-aktivitas ringan selama satu bulan.