28 November 2016

Mendengar Lara Noah, Balita Berperut Besar

Share

21 Oktober 2016, Martha bertolak dari Kei Besar, Maluku Tenggara, ke Jakarta demi mengobati buah hatinya, Noah Yehubebyanan (2 tahun). Bocah riang ini memiliki perut yang besar yang didiagnosa sebagai morbus hirschsprung. Setibanya di ibukota, lingkar perut Noah mencapai 82 sentimeter.


Sejak lahir, Noah tidak bisa buang air besar secara spontan. Noah baru bisa melakukannya dengan sabun. Inilah yang menyebabkan perutnya terus membesar. “Noah buang air hanya seminggu sekali, itu pun dibantu dengan memasukkan sabun, makan pisang dan pepaya,” ujar Martha

Martha bertutur bahwa anak kedelapannya ini merupakan bocah yang ceria dan gemar bermain seperti balita pada umumnya. “Noah itu makannya banyak dan biasa bermain di rumah. Tetapi kadang dia merasa sakit di perutnya. Rasanya sesak,” Martha menjelaskan. 

Martha pernah membawa Noah ke RSU Karel Satsuitubun di Langgur, Kei Kecil – Maluku Tenggara. Kotoran Noah disedot hingga perutnya mengempis. Tapi beberapa hari kemudian, perut Noah membesar karena kotoran kembali menumpuk.

Martha masih berharap Noah sembuh. Menggunakan perahu dari Kampung Dangarat, Maluku Tenggara, Martha pun membawa Noah menuju RSU Dr. M. Haulussy di Ambon. Setelah melalui perjalan selama satu jam, sayangnya harapan Martha tak terkabul. Dokter di rumah sakit tersebut mengatakan bahwa Noah baru bisa dioperasi jika telah berusia lima tahun. 

Martha sempat putus asa. Ia membawa Noah pulang ke rumah. Martha pikir lebih baik demikian daripada membiarkan Noah di rumah sakit tanpa pertolongan. Selain itu, kondisi keuangan keluarga juga tak mendukung. Orang tua Noah berprofesi sebagai petani. Noah tidak dapat dibawa ke rumah sakit yang lebih besar seperti di Makassar dan Jakarta karena asuransi dari BPJS masih belum selesai diproses dan konon baru akan selesai pada akhir Oktober 2016.

Martha tak tahu harus berbuat apa lagi. Seorang pendeta membantu menyebarkan postingan ke Facebook dengan harapan ada donatur yang tergerak. 

Salah seorang donatur doctorSHARE yang melihat postingan tersebut segera memberi info. Selain berdonasi, ia pun bersedia mencari para donatur lainnya yang tergerak untuk membiayai operasi Noah di Jakarta. Seiring waktu, juga ada donatur yang bersedia menanggung tiket pesawat Noah, Martha, serta kakeknya. Setelah donasi terkumpul dan keluarga setuju, Noah pun segera diterbangkan ke Jakarta untuk dioperasi di RS Husada.

Penyakit Noah disebabkan karena ketiadaan saraf pada sebagian usus besar sehingga usus tersebut tidak memompa. Padahal, usus manusia pada umumnya akan memompa kotoran dari atas ke anus. Karena sebagian usus Noah tak memompa, kotoran pun menumpuk dan membesar. Usus turut membesar dan dapat menekan organ tubuh yang lain. Itu sebabnya Noah merasa sesak. Ia jadi gelisah dan selanjutnya mengalami sesak napas yang berbarengan dengan batuk berlendir.

Operasi dilakukan untuk mengangkat usus yang tidak memiliki saraf, lalu menyambungnya kembali dengan usus yang dapat bekerja memompa kotoran. Bila tidak dioperasi, mungkin saja usus Noah akhirnya akan berlubang dan pecah karena kotoran terus dipompa dari atas dan menyumbat usus. Selain itu, kotoran yang memenuhi usus mungkin saja menimbulkan infeksi.

27 Oktober 2016, Noah dioperasi selama dua jam. Dalam prosesnya, dokter memotong usus Noah sepanjang 75 sentimeter. Perut Noah sudah mengempis. Seperti anak kecil pada umumnya, Noah suka makan. Ketika masih dalam perawatan pasca operasi, Noah bahkan sempat meminta es krim.

Proses pemulihan Noah berlangsung dengan baik. Seminggu kemudian, Noah sudah benar-benar pulih dan makan dengan lahap. Noah pun sempat berjalan-jalan keliling Jakarta dengan ibu dan kakeknya, ditemani oleh relawan doctorSHARE. Noah akhirnya diijinkan kembali ke kampung halamannya di Kei pada 18 November 2016 atau tiga minggu setelah operasi. 

“Saya berterima kasih pada doctorSHARE dan orang-orang yang telah membantu Noah. Saya tidak dapat membalas segala kebaikan yang telah diberikan,” ucap ibunda Noah. Sang ibu berharap setelah operasi ini Noah dapat melanjutkan kesehariannya.