3 Juni 2017

Angkat Rahim Perdana di “Bahenol”

Share

Adalah Rina Tauran (48), warga Desa Dawai, Distrik Yapen Timur, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua Barat. Ia mengeluhkan rasa sakit di bagian perutnya.


“Sudah sekitar tiga tahun saya merasakan sakit di bagian perut. Karena keterbatasan biaya dan tidak ada dokter spesialis, baru kali ini saya memeriksanya lagi,” ungkap Rina saat tim doctorSHARE saat melakukan pre-op atau pemeriksaan sebelum operasi dengan Ultrasonografi (31/5). Dari hasil pemeriksaan, Rina didiagnosis memiliki penyakit mioma uteri.


Menurut Rina, sudah tiga tahun pula waktu menstruasinya tidak teratur. Ia tidak tahu bahwa keluhan tersebut merupakan gejala tumor. Gejala ditandai dengan benjolan di bagian perut bawah, tidak teraturnya waktu menstruasi dan pendarahan yang banyak saat menstruasi.


Penyebabnya adalah pertumbuhan hormon yang tidak normal. Sudah tiga kali Rina akan melakukan operasi di Serui, namun fasilitas tak tersedia dan stok darah minim. Operasi pun batal.


Operasi akhirnya berlangsung tiga hari setelahnya (3/6) oleh dokter spesialis kandungan yaitu dr. Agus Heriyanto, Sp.OG. Rina dicurigai menderita kanker rahim stadium awal. Setelah Rina setuju, tim dokter di bawah pimpinan dr. Agus pun melakukan operasi histerektomi atau pengangkatan rahim.


Kehati-hatian amat diperlukan mengingat bedah jenis ini baru pertama kali dilakukan di sepanjang catatan pelayanan medis RSA dr. Lie Dharmawan. “Secara teori, salah satu penyebab kanker rahim adalah pengaruh hormonal dan usia,” ujar dr. Fajar H. Panjaitan selaku koordinator bedah mayor.


Bedah selesai dua jam setengah berikutnya. Hasil pemeriksaan patologi anatomi di laboratorium RS Husada, Jakarta, beberapa hari berikutnya tidak menunjukan tanda-tanda keganasan pada tumornya. Rina diduga mengidap mioma uteri atau tumor jinak di rahim.


Usai pengangkatan rahim, Rina hanya perlu menjaga lukanya tetap kering dan meminum obat secara teratur. Karena tumor yang diidapnya berkategori jinak, Rina tak perlu khawatir tumornya akan kembali muncul. Ia pun tidak perlu melakukan terapi lanjutan.


“Ada baiknya setiap wanita check up rutin satu hingga tiga tahun sekali untuk memeriksakan kandungannya,” saran dr. Agus.


Bagi Agus, melakukan bedah pengangkatan rahim di Rumah Sakit Apung untuk pertama kalinya merupakan pengalaman dan tantangan baru bagi dirinya. “Awalnya tegang. Dengan keyakinan memberikan pelayanan yang terbaik pada pasien akhirnya saya berani melakukan operasi. Operasinya ternyata berjalan lancar,” tuturnya sumringah.