20 Juni 2018

Kontribusi untuk Bangsa

Share

“ I alone cannot change the world, but I can cast a stone across the waters to create many ripples” – Mother Teresa.

Quote inilah yang pertama kali membawa saya lebih dalam di pelayanan doctorSHARE yang akhirnya mengubah paradigma hidup saya sebagai salah satu relawan. Perkenalkan, saya Maltha Anatasha, seseorang yang dari dulu selalu bermimpi ingin mengenyam pendidikan medis dan akhirnya meskipun tidak jadi dokter, berhasil menjadi medical technologist yang dengan susah payah dikejar di negeri kangguru, Australia.

Cerita tentang dokter gila sebutan dari dr. Lie Dharmawan sebenarnya sudah tidak asing lagi di telinga saya. Cerita ini sudah sangat populer melalui acara Kick Andy yang tidak sengaja saya nonton. Namun, menjadi bagian di dalamnya sejujurnya tidak pernah terlintas di bayangan saya. Menurut saya dr. Lie terlalu jauh untuk dijangkau.

Sampai suatu hari pada November 2015 salah seorang teman baik saya memperkenalkan proyek Rumah Sakit Apung (RSA) ketiga doctorSHARE yang diharapkan akan di luncurkan di tahun 2018. Well, the rest is history. Saya memutuskan saat itu juga untuk membantu pengumpulan dana untuk RSA ketiga dan keputusan itu adalah salah satu keputusan terbaik di hidup saya.

Satu tahun perjalanan membantu mengumpulkan dana untuk pembangunan RSA ketiga, ketua team kami, Julia Tan berkata “You have to go to the medical mission! Only then you can feel the difference and see the people we’ll serve in Maluku!” Karena bertepatan waktunya (saya kebetulan saja baru pindah kerja dan bisa liburan) saya memutuskan untuk mencoba mengikuti pengalaman yang mengubah hidup ini dan bergabung di pelayanan medis doctorSHARE ke Desa Wayabula, Morotai, Maluku Utara.

Awalnya sebagai non-dokter saya cukup khawatir saya tidak dapat berkontribusi apa-apa, namun ternyata itu sama sekali salah. Semua anggota relawan tanpa terkecuali sangat membantu di pelayanan medis! Selama pelayanan medis, saya membantu pendataan para pasien yang super banyak, kalau tidak membantu pasti akan membuat kewalahan para dokter yang harus fokus di prosedur operasi. Selain itu, banyak hal yang saya lihat di pelayanan ini yang tidak akan pernah saya dapatkan di Jakarta.

Sebagai anak yang lahir dan dibesarkan di Jakarta dan di tengah keluarga middle class, hidup tanpa gadget dan kesederhanaan sangatlah sulit. Ditambah lagi sebagai perempuan saya dibesarkan untuk belajar mempunyai kemampuan sendiri, bermimpi setinggi-tingginya dan mengejar mimpi saya sekalipun saya perempuan.

Di sisi timur Indonesia, saya melihat banyaknya perempuan di area Morotai yang menikah dini dibawah 18 tahun dan bahkan sudah mempunyai anak. Bisa dibayangkan, kita hanya terpisah enam jam dengan pesawat tapi bisa dibesarkan dengan cara yang sangat berbeda. Itu membuka mata saya mengenai pentingnya edukasi bagi perempuan.

Perempuan dengan edukasi baik akan melahirkan anak yang teredukasi dengan baik, anak yang teredukasi dengan baik akan tumbuh menjadi kontributor negara yang baik, kontributor negara yang baik akan mengubah negaranya. Tapi tentunya tanpa kesempatan akses kesehatan yang baik, para perempuan ini pun mungkin akan kehilangan kesempatan membesarkan atau bahkan melahirkan anak yang sehat. Disinilah dimana saya melihat doctorSHARE telah menjadi penolong untuk kelahiran generasi baik bangsa.

Tidak hanya pelayanan medis yang dibawa oleh doctorSHARE, saya melihat bagaimana banyak yang masih perlu di kontribusikan di area-area terpencil Indonesia dan tentunya, saya tidak akan bosan untuk ikut kembali dan membantu memberikan kontribusi yang diperlukan oleh doctorSHARE.

Salam terakhir, tidak akan pernah ada perubahan jika hanya ada satu orang yang bekerja, namun kita semua dapat memulai perubahan itu bersama untuk membuat our own ripples of change. Selamat berkontribusi untuk bangsa!