16 Desember 2015

Flying Doctors dan Derita Warga Papua di Tanah Nan Kaya

Share

Ini adalah pengalaman pertama saya bergabung dalam tim Flying Doctors sekaligus pengalaman pertama saya bepergian ke Provinsi yang terletak di ujung timur Indonesia, daerah yang sangat kaya akan adat, budaya dan alamnya: Papua.

 

Saat mengikuti pengarahan dari koordinator lapangan kami, dr. Riny Sari Bachtiar, MARS, saya sempat terkejut sebab saat itu dijelaskan bahwa medan yang kelak kami jalani tidaklah mudah. Perjalanan yang akan dilalui cukup jauh dengan jalur yang sangat tidak layak. Belum lagi keadaan alam yang juga tidak menentu.

 

Mendengar hal itu, saya pun melakukan persiapan-persiapan yang sudah dibahas dalam pengarahan, mulai dari perlengkapan pribadi hingga perlengkapan untuk melakukan berbagai kegiatan pelayanan medis di Distrik Ugimba. Akhirnya kami pun siap berangkat menuju tanah Papua.

 

Tim Flying Doctors berjumlah 6 orang yang terdiri dari 3 dokter umum, 1 dokter spesialis bedah digestif dan 2 relawan media. Kami terbang dari Jakarta pukul 21.30 WIB dan tiba di Timika pukul 05.30 WIT. Setelah itu, kami melanjutkan penerbangan menuju Sugapa, ibukota Kabupaten Intan Jaya pukul 11.30 WIT dan mendarat di sana pukul 12.20 WIT.

 

Setibanya di Sugapa, kami langsung menuju rumah persinggahan di sana. Di rumah kayu inilah kami melakukan berbagai persiapan untuk pelayanan medis di Distrik Ugimba.

 

Di kala menunggu keberangkatan ke Distrik Ugimba, kami menerima informasi bahwa ada seorang pasien wanita yang mengalami sesak berat sejak kurang lebih dua bulan terakhir.

 

Mendengar kabar tersebut, kami berangkat menuju tempat tinggal pasien tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata didapati banyak cairan dalam paru-parunya dan inilah yang menyebabkan pasien jadi sesak nafas.

 

Tim memutuskan untuk melakukan pemasangan water shield drainage (WSD) pada dada kanan pasien yang dilakukan oleh dr. Peter Ian Limas. Setelah dilakukan pemasangan WSD, seketika itu juga pasien dapat bernafas lebih lega dari sebelumnya.

 

Kami juga melakukan koordinasi dengan Puskesmas setempat untuk memberikan perawatan pada pasien tersebut sebab kami akan melanjutkan perjalanan untuk memberikan pelayanan medis di Distrik Ugimba.

 

Selesai mematangkan persiapan, kami pun memulai perjalanan menuju Distrik Ugimba dengan berjalan kaki. Perjalanan bermula pukul 07.30 WIT dan baru tiba di lokasi pukul 20.40 WIT atau lebih dari 13 jam sesudahnya.

 

Sungguh perjalanan yang amat sangat panjang, melelahkan, sekaligus membahayakan. Seluruh tenaga tim terkuras dalam perjalanan, namun kami sangat bersyukur karena dapat tiba di lokasi dengan selamat.

 

Menurut informasi, kami adalah tim dokter pertama yang melakukan pelayanan kesehatan di sana. Sungguh menyedihkan. Di sisi lain, sungguh membanggakan bagi kami, tim Flying Doctors, ketika berhasil memberikan pelayanan medis bagi saudara-saudara kita yang selama ini terisolir. Pelayanan seperi inilah yang sangat esensial bagi kami.

 

Inilah kenyataan yang sangat ekstrim. Tanah Papua begitu amat kaya namun masih banyak masyarakatnya yang belum hidup dengan layak. Ini merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan kerja keras dan tekat yang kuat.

 

Kami berupaya semampu mungkin memberikan yang terbaik saat pelayanan medis di sana, namun itu belum cukup. Butuh kerjasama dari berbagai lini yang saling mendukung satu sama lain sehingga kehidupan warga Papua bisa lebih baik di tanahnya sendiri.