19 Agustus 2016

Perjuangan Wujudkan Ibu Sehat, Bayi Selamat

Share

Rumah sakit terdekat di Tanah Grogot harus ditempuh selama tiga jam. Itu pun harus melewati jalur yang rusak. Bila hujan turun, jalan berlumpur dan kendaraan dapat tertahan di kubangan lumpur tersebut. Keadaan inilah yang disaksikan langsung oleh tim doctorSHARE ketika melangsungkan pelayanan medis di lokasi ini.

Bayangkan jika seorang pasien dalam kondisi darurat harus melalui jalan semacam itu. Apalagi bila pasien dalam kondisi hamil. Menurut bidan setempat, tidak jarang akhirnya pasien melahirkan sebelum mencapai rumah sakit.

Akses yang sulit menuju rumah sakit sedikit teratasi dengan hadirnya Puskesmas Bantu (Pusban) di Desa Riwang, Kecamatan Batu Engau, Kalimantan Timur. Di Pusban tersebut, terdapat dua bidan yang ditugaskan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Paser.

Pusban Desa Riwang yang terdiri dari dua ruang pemeriksaan ini berlokasi di dekat Kantor Desa Riwang. Bidan bertempat tinggal persis di sebelah Pusban. Peralatan di Pusban sebenarnya cukup lengkap. Namun, pasien dalam kondisi kritis tetap perlu dirujuk ke Rumah Sakit. Ketiadaan ambulance juga menjadi masalah yang menyulitkan.

“Kondisi Pusban cukup baik, sudah alat pertolongan pertama persalinan. Hanya saja jalan kondisinya rusak dan masyarakat masih enggan memeriksakan kesehatannya,” dr. Rocky Ellery James Tumbelaka, koordinator pelayanan medis doctorSHARE di Desa Riwang, menjelaskan.

Selain jalan yang rusak, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kehamilannya dinilai masih kurang. Pusban masih kurang dimanfaatkan warga. Menurut Sumartila, Amd. Keb. yang merupakan bidan Desa Riwang, kesadaran warga untuk memeriksakan kehamilannya memang masih menjadi kendala di desa tersebut.

Pada periode menjelang kelahiran, tidak jarang pasien ibu hamil enggan ke Pusban untuk melahirkan. Ibu hamil lebih memilih melahirkan di rumahnya. Dalam kondisi demikian, bidan Pusban pun terpaksa harus menghampiri rumah pasien meski harus menempuh medan sulit dan cuaca yang tidak dapat ditebak.

Pada malam hari sekalipun, bidan Pusban tetap mengunjungi rumah pasien melahirkan. Jalan yang rusak dan rumah yang berjauhan memaksa bidan Pusban menumpang tidur di rumah pasien.

“Kalau pasien melahirkan pada malam hari dan tidak mau dibawa ke Pusban, kita (bidan) yang harus ke sana dan tidak jarang harus menginap di sana,” ujar Sumartila.

Berbekal sebuah tas berisi alat bantu melahirkan, bidan berangkat ke rumah pasien. Isi tas tersebut bermanfaat membantu pasien melahirkan, tapi tak dilengkapi dengan alat resusitasi (alat bantu bagi bayi yang sulit bernapas) dan oksigen. Namun, tas ajaib bidan Pusban Desa Riwang ini membuat angka kematian saat melahirkan jadi nol.

“Ya cuma tas ini yang kita bawa ke rumah pasien ketika melahirkan. Isinya cukup lengkap. Meski masih kurang oksigen dan alat resusitasi, tapi masih bisa kita ganti dengan bantuan jari bila ada bayi yang sulit bernapas,” terang Sumartila.

Bayi yang kesulitan bernapas seharusnya dibantu dengan alat resusitasi untuk bayi. Bila tidak ada alat tersebut dapat digantikan dengan pemberian bantuan pernapasan secara manual. Cara memberikan bantuan pernapasan manual pada bayi adalah menekan bagian tertentu di dada dengan ibu jari sebanyak tiga puluh kali.

Tidak berhenti pada proses melahirkan, pemeriksaan kesehatan terus dilakukan setelah melahirkan. Setelah bayi lahir, bayi diberi vitamin. Kondisi ibu pasca melahirkan juga diperhatikan. Meski berada di daerah yang aksesnya sulit, imunisasi di Desa Riwang rutin diadakan. Kesehatan bayi di desa ini tidak tertinggal dari kota.

Sempat muncul kekhawatiran warga terhadap berita vaksin palsu di televisi. Namun, bidan dapat menjelaskan darimana vaksin di Pusban tersebut berasal. Obat-obatan dan vaksin imunisasi berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Bidan Pusban Desa Riwang berharap warga lebih sadar untuk memeriksakan kehamilannya demi meminimalisir kejadian tak diinginkan. Selain itu, meski masih bisa ditangani lewat bantuan pernapasan secara manual, bidan sangat mengharapkan alat resusitasi untuk bayi.

Cita-cita mewujudkan ibu sehat dan bayi selamat di Tanah Grogot memang tidak mudah. Tapi keterbatasan yang ada sama sekali tidak menghalangi perjuangan pada bidan Pusban. Kepada mereka kita patut mengacungkan jempol.