19 Agustus 2016

Pelayanan Medis Flying Doctors doctorSHARE di Distrik Wano Barat, Kabupaten Lanny Jaya, Papua (2-5 Agustus 2016)

Share
Kegiatan pelayanan medis doctorSHARE melalui program Flying Doctors yang ketiga kalinya tahun 2016 (keenam kalinya sejak program ini pertama kali bergulir) terlaksana pada 30 Juli – 7 Agustus 2016 di Distrik Wano Barat. Distrik Wano Barat merupakan pemekaran baru dari Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua.
Mengusung tema “Menjangkau Pelosok Timur Indonesia dengan Kasih”, tim Flying Doctors terdiri dari 2 dokter umum, 1 dokter bedah, 1 perawat, dan 2 relawan non medis.
Perjalanan ditempuh dari Jakarta menuju Jayapura kurang lebih 6 jam, berlanjut dengan penerbangan dari Jayapura menuju Wamena kurang lebih 45 menit. Dari Wamena, tim menggunakan pesawat charter Cendrawasih Airlines jenis PAC 750XL untuk mencapai Distrik Wano Barat selama kurang lebih 35 menit.
Setahun silam, Distrik Wano Barat dan sekitarnya pernah mengalami bencana embun putih (frost). Akibatnya, warga harus diungsikan ke Tiom, ibukota Kabupaten Lanny Jaya. Hujan es yang dikenal warga dengan ‘embun putih’ ini menurunkan suhu hingga di bawah nol derajat Celcius. Akibatnya, beberapa warga meninggal. Hewan ternak pun mati karena sumber makanan dan minuman yang tercemar serta suhu yang sangat ekstrim.
“Pada saat bencana, kebun kami hancur oleh cairan berminyak dari embun salju tersebut,” ujar Kepala Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Wano Barat, Timothi Telenggen.
Kini Distrik Wano Barat yang berketinggian 2834 mdpl (meter di atas permukaan laut) tersebut sudah terlihat normal. Meski demikian, belum ada akses jalan darat yang memadai. Untuk tiba di lokasi ini, harus menggunakan pesawat terbang non komersil yang tidak memiliki jadwal terbang yang pasti.
Selain itu, masyarakat juga biasa berjalan kaki selama dua hari dua malam dari distrik terdekat yang masih dapat dicapai kendaraan.
Listrik dan air bersih belum tersedia di tempat ini, terlebih sinyal komunikasi. Bangunan Pustu dan sekolah dasar (tepat di sebelah Pustu) hanya menjadi bangunan kosong tanpa penghuni akibat ketiadaan tenaga medis dan guru yang bersedia ditempatkan.
Sehari-harinya anak-anak tidak dapat bersekolah dan tidak pernah tahu kapan mereka dapat bersekolah. Selain itu, masyarakat yang sakit pun hanya dapat meminta obat kepada kader kesehatan terlatih yang pengetahuan dan keterampilannya relatif terbatas.
Setibanya di lokasi tujuan, tim yang didampingi petugas dari Dinas Kesehatan, Bapak Arnus Yigibalom, memulai kegiatan pertama yaitu penyuluhan kesehatan dengan topik PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) kepada anak-anak. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan di halaman depan Puskesmas Pembantu (Pustu) Distrik Wano Barat.
Usai mempraktikkan cara menyikat gigi yang benar, tim juga membagikan obat cacing pada 190 peserta yang hadir, baik yang mengikuti penyuluhan maupun tidak. Donasi berupa sandal dan pakaian layak pakai juga diberikan pada masyarakat, anak maupun dewasa.
Kegiatan hari kedua adalah pengobatan umum yang berlangsung di Gedung Pustu Wano Barat. Kegiatan yang berlangsung pukul 09.00 – 15.00 WIT ini dihadiri sekitar 150 pasien. Kasus terbanyak yang ditemukan adalah myalgia (nyeri otot), osteoarthritis (nyeri tulang), arthralgia (nyeri sendi), ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan dyspepsia (nyeri perut).
Kegiatan operasi minor berlangsung hari ketiga. Terdapat 4 pasien yang sudah mendaftar dan menjalani serangkaian pemeriksaan pre-operasi. Kasus yang ditangani tim antara lain adalah hernia ventralis dan lipoma. Usai kegiatan operasi, tim melaksanakan kegiatan pelatihan bantuan hidup dasar dan pertolongan pertama pada pasien trauma kepada 6 kader setempat.
Kegiatan yang dipandu oleh Junaedi, S.Kep. ini diikuti dengan penuh semangat oleh para kader. Warga juga rela berjalan jauh untuk berobat. Antusiasme warga ini membuat tim terkesan, sekaligus menyadarkan tim akan besarnya kerinduan warga untuk menikmati pelayanan kesehatan yang layak – sesuatu yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya.
Di akhir kegiatan, tim sempat mengalami keterlambatan pulang. Jadwal penerbangan Wano Barat – Wamena yang awalnya direncanakan Jumat, 5 Agustus, batal terbang akibat kondisi cuaca yang buruk. Akhirnya, tim pun menginap sehari lagi di Wano Barat dan kali ini tim berbaur bersama masyarakat dan tinggal di Honai (rumah adat Papua).
Secara keseluruhan kegiatan pelayanan medis terlaksana dengan baik dan didukung oleh Pemda setempat yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Lanny Jaya, Bapak Christian Sohilait, ST, MSi. dan didampingi perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lanny Jaya, Bapak Marthinus Kogoya dan Bapak Arnus Yigibalom.
Menurut Bapak Christian Sohilait, pelayanan medis doctorSHARE di Distrik Wano Barat sangatlah tepat mengingat daerah tersebut terbatas dalam hal akses.
Ada tiga alasan utama yang diungkapkan oleh Sekda. Pertama, belum ada jalan darat yang menjadi penghubung langsung ke Tiom. Kedua, bencana tahun lalu (frost) masih meninggalkan trauma bagi warga. Ketiga, Distrik Wano Barat dan Distrik Kuyawage termasuk daerah rawan konflik (zona merah) dan pemerintah tak banyak berperan.
“Secara geografis, Distrik Kuyawage terletak paling jauh dari ibukota Kabupaten Lanny Keterbatasan transportasi pun menyebabkan warga terisolir,” ungkapnya.
Pelayanan medis ini berlangsung dengan baik berkat kerjasama dengan pada kader dan Kepala Puskesmas yang senantiasa mendampingi dan membantu menerjemahkan dalam bahasa lokal. Bantuan ini sangat mendukung kelancaran komunikasi antara tim dan pasien.
Kehadiran tim Flying Doctors doctorSHARE selama 5 hari 4 malam di Distrik Wano Barat mungkin belum dapat mengatasi semua permasalahan kesehatan yang ada, tapi semoga dapat memberikan secercah harapan kepada masyarakat yang terisolir dan baru pulih dari bencana embun asam beberapa waktu yang lalu.