29 September 2016

Bermukim di Rawa, Kesehatan Jadi Taruhan

Share

Pada sisi jalan beraspal di Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, terdapat jalan yang terbuat dari kayu. Sepintas jalan tersebut terlihat mirip seperti jembatan. Selain karena bentuknya memanjang, di bawah jalan tersebut terdapat genangan air.

Di sebelah kanan dan kiri jalan terdapat rumah dengan model rumah panggung. Rumah-rumah di daerah Muara Sabak Timur memang berbentuk rumah panggung.

Bukan tanpa alasan rumah di sekitar jalan kayu itu berbentuk panggung. Hal tersebut dipengaruhi oleh letak tempat tinggal mereka yang berada di atas rawa. Lokasinya yang dekat muara membuat penduduk terbiasa dengan arus pasang surut.

Saat surut, tidak terlihat adanya perbedaan dengan lokasi rumah pada umumnya yang berdiri di atas tanah. Namun ketika memasuki waktu pasang, perlahan air mulai naik dan membentuk genangan.

“Kalau pasang sedang tinggi, air bisa meluap hingga menutupi jalan dan masuk rumah,” ujar Husni (57), salah seorang warga yang tinggal di derah tersebut.

Sehari-hari warga Muara Sabak Timur bertani dan bekerja di sungai. Jenis pertanian yang berkembang adalah kelapa, pinang, sawit, dan padi. Selain itu, adapula warga yang menjadi nelayan dan beternak walet.

Perahu tidak hanya digunakan untuk mencari ikan melainkan berfungsi pula sebagai alat transportasi manusia dan hasil panen. Tak heran jika banyak warga yang tinggal di sekitar muara. Bermukim di atas genangan rawa tentu berbeda dengan wilayah yang kering. Tapi tentu saja genangan air di daerah tersebut tidak dapat dikonsumsi.

Sumur memang tersedia, namun airnya terlihat keruh. Kedalaman sumur kurang lebih 50 meter. Dari sumur tersebut, air dialirkan ke rumah warga untuk kegiatan rumah tangga seperti mandi dan mencuci, tetapi tidak untuk dikonsumsi. Untuk kebutuhan konsumsi, warga biasanya membeli air isi ulang atau menyuling air hujan.

Konsumsi air yang tidak jernih sungguh berbahaya bagi kesehatan, meski telah dimasak. Air kotor mengandung berbagai macam bakteri. Apabila masuk perut, sistem pencernaan akan terganggu. Aneka masalah kesehatan pun dapat dengan mudah bermunculan.

Sayangnya, rumah-rumah di daerah tersebut belum dilengkapi fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Pembuangan MCK langsung meluncur ke bawah genangan air. Meski tidak langsung menggunakan air yang menggenang di bawah rumah, kuman yang berasal dari kakus dapat menyebar ke air bersih yang digunakan untuk mandi dan mencuci.

Oleh karenanya, saat membangun rumah warga perlu memperhatikan letak tangki septic dengan sumber air. Jarak yang tepat antara tangki septic dengan sumber air adalah 10 meter. Selain itu, penempatan tangka septic rumah-rumah warga lainnya pun dapat mempengaruhi kebersihan sumber air.

Berbeda dengan perumahan biasa, sumber air di pemukiman rawa berasal dari satu sumber. Sumber air tersebut tidak terlihat seperti sumur. Diameternya hanya 20 sentimeter yang terbuat dari pipa. Air lalu dialirkan melalui pipa yang melintasi depan rumah warga.

Permasalahan bermukim di atas genangan air bukan hanya terkait masalah kebersihan air. Permasalahan lain yang muncul adalah merajalelanya nyamuk.

“Nyamuk tidak perlu ditanya, di sini banyak sekali,” terang Husni.

Nyamuk memang berkembang biak di genangan air. Pasang surut air mengisi wadah-wadah yang berubah dengan sempurna menjadi penampungan air. Di sanalah nyamuk jadi nyaman bertelur. Kesehatan warga pun nyata terancam.

Sejumlah penyakit akibat gigitan nyamuk antara lain adalah malaria, demam berdarah, kaki gajah, dan chikungunya. Saat ini pun tengah berkembang virus zika yang juga ditularkan oleh nyamuk. Sebelumnya, virus zika pernah berkembang di Jambi.

Beberapa waktu lalu, Indonesia pun memperketat pengamanannya terhadap para pendatang demi menghindari menyebarnya virus zika. Virus zika disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti. Virus tersebut akan menyebabkan para penderitanya mengalami demam.

Cara menanggulangi penyebaran virus ini adalah dengan menjaga kebersihan tempat tinggal sehingga nyamuk tak nyaman berkembang biak. Warga Muara Sabak Timur yang terbiasa bermukim di rawa jelas jadi mangsa empuk. Selain tindakan kuratif berupa pengobatan, memang perlu kerja ekstra menjaga kebersihan lingkungan agar penyakit-penyakit enggan mampir.