21 April 2018

Lie A. Dharmawan: Dokter yang Berjuang untuk Kemanusiaan

Share

Rakyat sehat, Negara kuat. Bagaimana rakyat sehat kalau tidak ada dokternya?

Lie A. Dharmawan tidak hanya melontarkan pertanyaan tersebut, tapi juga menjawabnya dengan gerakan nyata: mendirikan doctorSHARE (Yayasan Dokter Peduli) untuk melayani masyarakat di pelosok negeri yang kesulitan mengakses layanan kesehatan. Melalui doctorSHARE, sosok yang kerap dijuluki “dokter gila” ini juga menggagas terobosan dalam pelayanan kesehatan di tanah air: Rumah Sakit Apung dan Dokter Terbang.

“Kalau kamu menjadi seorang dokter, jangan mengambil duit yang banyak, jangan mengambil duit orang miskin. Mereka akan membayar, tapi di rumah menangis karena tidak ada uang untuk membeli beras.” Demikian petuah sang ibu yang mendorong Lie mengabdikan dirinya sebagai dokter yang melayani sesama.

Dua pilar atau fondasi utama perjuangan Lie adalah iman dan nasionalisme. Kekuatan iman menjadi penuntun di tengah kesulitan dan situasi buruk. Nasionalisme adalah pilar yang dihidupi Lie sebagai orang yang terlahir di Indonesia dengan komitmen mengabdikan diri seutuhnya bagi bangsanya.

Ketika tragedi Mei 1998 meluluhlantakkan sejumlah kota, Jakarta tak luput dari huru-hara. Penjarahan disertai pembakaran gedung dan pertokoan terjadi di mana-mana. Demonstrasi mahasiswa menghadapi tekanan keras aparat keamanan, sehingga memakan korban. Saat itu, Lie tak diam. Ia terjun langsung di tengah barisan mahasiswa, mengobati yang terluka, dan mendirikan posko kesehatan.

Sebagai periode kelam sejarah bangsa, tragedi Mei 1998 juga diwarnai oleh terjadinya kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa. Di antara para korban kerusuhan terdapat perempuan-perempuan Tionghoa yang menjadi korban perkosaan.

Kini, bertepatan dengan peristiwa Mei 1998, Lie tetap menjadi saksi kunci peristiwa tragedi kemanusiaan yang menimpa para perempuan Tionghoa. Komitmen melindungi dan menyelamatkan korban merupakan wujud kesetiaan yang terus dipegang. “Membuka identitas korban, berarti melahirkan korban-korban baru,” kata Lie.

Buku “Dokter di Jalan Kemanusiaan: Biografi Lie A. Dharmawan” yang ditulis oleh Sylvie Tanaga dan Basilius Triharyanto ini membahas inspirasi dari kisah hidup Lie sekaligus relevansinya bagi masyarakat, khususnya generasi muda, dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dalam bidang apapun yang sedang digeluti.

“Kami menulis buku ini bukan untuk mengagungkan figur Lie sebagai seorang pahlawan from zero to hero, melainkan menceritakan sosoknya yang teguh berjuang di jalan kemanusiaan,” tulis Sylvie Tanaga dan Basilius Triharyanto.

Aktivisme Lie seakan tak pernah redup. Walau tengah didera penyakit pada usianya yang lebih dari 70 tahun, Lie melalui doctorSHARE terus melayani kesehatan di berbagai daerah terpencil. “Penyakit tak akan menghentikan saya. Saya tidak akan mati karena penyakit tapi karena usia. Sampai tarikan napas terakhir, saya akan tetap melayani sesama,” ujar Lie.

Peluncuran buku “Dokter di Jalan Kemanusiaan: Biografi Lie A. Dharmawan” diselenggarakan pada Sabtu, 21 April 2018 pukul 10.00-12.00 WIB di Ballroom Twin Plaza Hotel, Slipi, Jakarta. Buku setebal 225 halaman ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bekerjasama dengan doctorSHARE.

Acara peluncuran buku biografi berisi diskusi yang dihadiri oleh dr. Lie A. Dharmawan (pendiri doctorSHARE), Ita F. Nadia (pekerja kemanusiaan), Margareta Astaman (penulis, pengusaha, aktivis muda), dengan moderator Andy F. Noya (host Kick Andy). Ita F. Nadia adalah mitra pelayanan kemanusiaan Lie saat terjadinya peristiwa Mei 1998 sedangkan Margareta Astaman mewakili generasi muda yang aktif berkarya bagi kemanusiaan.

Perjalanan hidup Lie yang terangkum dalam buku biografi ini memperlihatkan kesetiaan Lie di jalan kemanusiaan. Dengan hadirnya buku ini, kami berharap masyarakat dapat memetik inspirasi dari nilai-nilai kemanusiaan Lie sekaligus menginspirasi lingkungan sekitarnya.