2 Juni 2018

Kisah Si Mata Biru dari Pulau Kisar

Share

Lalu lalang kendaraan bermotor mewarnai jalanan, masyarakat hilir mudik disibukan dengan keperluannya masing-masing. Tak nampak bahwa jalanan tersebut ada di sebuah pulau kecil bernama Pulau Kisar. Pulau seluas 81,83 Km² ini merupakan pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Pulau Kisar masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.

Ditilik dari sejarah, Kongsi Dagang Hindia Belanda, Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) pernah menduduki Pulau Kisar. VOC memperluas wilayahnya sampai ke wilayah Kepulauan Selatan Daya (Zuid Wester Einlanden) dimana Pulau Kisar termasuk di dalamnya. Kontrak kerja pertanian yang diteken pada 5 Mei 1632 menjadi awal mula masuknya VOC ke wilayah selatan Maluku. Sekitar 500 buruh tani dikirim untuk memuluskan strategi VOC.

Kapal Deck Lerck milik VOC sampai di Kisar pada 14 Agustus 1664, kehadiran kapal yang dinahkodai Jan De Blime ini sebagai penanda kehadiran VOC di Kisar. Desa Kotalama dipilih VOC menjadi pusat pemerintahan saat itu. VOC turut menempatkan tentara guna memperkuat pertahanan wilayahnya. Pulau Kisar juga menjadi benteng terdepan di selatan gugusan Kepulauan Maluku.

Akulturasi melalui pernikahan terjadi di Kisar, tidak sedikit masyarakat asli Kisar menikah dengan orang asing yang datang. Pernikahan antara masyarakat asli Kisar dan orang asing menghasilkan keturunan Indo-Eropa. Keturunan Indo-Eropa di Kisar berasal dari 11 marga atau fam yaitu Lerrick, Caffin, Wouthuizein, Belder, Lander, Joostenz, Ruff, Peelman, Belmin, Coenrady, dan Bakker.

Keturunan Indo-Eropa di Kisar masih bisa dijumpai sampai detik ini. Umumnya memiliki ciri yang berbeda dengan masyarakat asli Kisar, salah satu cirinya adalah bermata biru. Seorang keturunan Indo-Eropa yang ditemui di Kisar adalah Lia Assan. Tidak hanya bermata biru, Lia juga memiliki ciri lain seperti orang Eropa yaitu rambut pirang dan kulit putih. Wanita berusia 28 tahun ini merupakan anak dari pasangan Donatus Assan dan Terasia Ruff.

“Saat lahir mama biang terheran-heran melihat bayi begitu putih, berambut pirang, dan matanya seperti mata kucing,” tutur Terasia Ruff.

Sang ibu, Terasia Ruff merupakan keturunan ke-6 dari seorang serdadu VOC bernama Yohanes Ruff yang menikah dengan keturunan Raja Pulau Kisar, John Backer. Terasia Ruff dikaruniai tiga orang anak, dari ketiganya hanya Lia yang berparas seperti orang Eropa. Jika diperhatikan memang ada raut wajah orang Eropa di kedua orang tuanya tapi tidak bermata biru seperti Lia.

“Dari setiap keturunan mata biru belum tentu dalam satu turunan tersebut ada yang bermata biru. Biasanya satu atau dua keturunan kemudian baru ada lagi yang bermata biru, ya contohnya seperti Lia ini mempunyai mata biru setelah satu keturunan sebelum kami tidak ada yang bermata biru,” kata Donatus Assan.

Keturunan Indo-Eropa di Pulau Kisar menjadi kearifan dan keunikan salah satu budaya pernikahan di Indonesia. Kisahnya akan selalu menjadi cerita menarik yang memiliki nilai historis untuk diketahui generasi-generasi selanjutnya.