10 Juli 2018

Jalan Panjang Menuju Pulau Kisar

Share

Saat pertama kali mendengar nama Pulau Kisar saya bergegas mengambil ponsel dan mencari di mesin pencari. Jangankan melihatnya di peta Indonesia, mendengarnya saja saya baru pertama kali. Saya mendapat tugas untuk melakukan survei sebelum pelaksanaan pelayanan medis doctorSHARE. Pulau Kisar masuk dalam rencana lokasi pelayanan medis doctorSHARE pada 2018. Berbagai informasi dikumpulkan dari berbagai halaman web, usaha untuk mencari partner lokal turut dilakukan.

Pulau Kisar masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Jika di lihat dalam peta Indonesia, Pulau Kisar lebih dekat dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Kisar termasuk dalam daftar pulau terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Sekitar 17.000 jiwa bermukim di pulau dengan luas 81,83 Km² ini.

Sebelumnya saya mendengar kabar sulitnya akses transportasi menuju Kisar. Berbekal kabar tersebut informasi akses transportasi menjadi hal yang paling pertama dicari. Ternyata memang tidak mudah mencari informasi transportasi ke Pulau Kisar di internet, kebanyakan halaman web memuat informasi lama. Sebagai alternatif pencarian saya mencari orang asli maupun orang yang pernah berkunjung ke Kisar dalam waktu dekat.

Informasi akses transportasi terbaru ke Kisar akhirnya saya dapat dari seorang perawat program Nusantara Sehat, Faizal yang pernah bertugas di Kisar selama dua tahun. Faizal juga mengenalkan saya dengan tokoh pemuda di Kisar melalui aplikasi pesan instan. Saya mengumpulkan data-data awal yang dibutuhkan sebelum menyusun rencana survei, termasuk skema perjalanan dari Jakarta menuju Kisar dan sebaliknya.

Ada dua pilihan masuk ke Pulau Kisar, pertama melalui Ambon dan kedua melalui Kupang. Saya mencoba keduanya, berangkat melalui Ambon dan pulang melalui Kupang. Informasi sulitnya akses transportasi terus membayangi saat hendak terbang ke Ambon, saya pikir tidak ada salahnya mencoba karena untuk kebutuhan survei.

Sampai di Ambon saya dibantu seorang rekan untuk memesan tiket pesawat menuju Ibukota Kabupaten Maluku Barat Daya, Tiakur. Sistem pembelian tiket pesawat ke Tiakur dan Kisar masih manual dengan datang ke loket atau menelepon langsung. Seharusnya saya terbang di hari yang sama ke Tiakur namun tiba-tiba dikabarkan pesawat penuh dan beberapa penumpang dipindah ke penerbangan esok harinya. Saya bingung bagaimana bisa jadwal pesawat diubah mendadak, apalagi hanya ada satu penerbangan tiap harinya.

Selain melalui udara, ada pula jalur laut untuk menuju Tiakur dan Kisar menggunakan kapal cepat. Secepat-cepatnya kapal cepat membutuhkan dua hari dari Ambon untuk sampai di Kisar. Maka saya pilih jalur udara ke Tiakur dan dilanjutkan jalur laut dari Tiakur ke Kisar, tidak ada pesawat langsung dari Ambon ke Kisar saat saya survei.

Saat tiba di Tiakur saya bertemu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Barat Daya, dr. Fredrik E. Bagaray untuk menyampaikan maksud survei serta izin kegiatan di wilayahnya. Beliau berpesan agar menyiapkan jauh-jauh hari jika ingin mengadakan kegiatan di Maluku Barat Daya. Pesan itu disampaikan karena sulitnya akses transportasi dari dan menuju Kisar.

“Di sini akses transportasi masih terbatas, jadwalnya bisa berubah-ubah makanya harus direncanakan jauh-jauh hari,” kata dr. Edi.

Seusai bertemu jajaran dinas di Kabupaten Maluku Barat Daya saya melanjutkan perjalanan ke Kisar. Tercatat jadwal kapal cepat KM Cantika Lestari masuk Pelabuhan Tiakur pukul 19:00 WIT. Rasa takut menyelimuti diri saat tiba di pelabuhan, terlihat kerumunan orang dari kejauhan dekat kapal yang bergerak hebat karena hantaman ombak. Saya memberanikan diri naik ke kapal karena tidak ada pilihan lain. Kapal penuh sesak dengan manusia, barang, sembako, bahkan ada yang membawa hewan ternak!

Perjalanan laut dari Tiakur ke Kisar memakan waktu sekitar lima jam, sepanjang lima jam juga saya tidak bisa memejamkan mata. Kapal singgah di Pulau Leti untuk naik turunkan penumpang dan barang selama satu jam. Tidak ada ruang untuk istirahat, akhirnya saya memutuskan menyewa kamar milik Anak Buah Kapal (ABK) agar bisa merebahkan badan.

Suara klakson kapal berbunyi panjang, sayup-sayup suara keramaian manusia terdengar. Waktu menunjukan pukul 02:00 WIT, KM Cantika Lestari sampai di Pelabuhan Kisar. Penumpang yang hendak turun harus bergantian dengan penumpang yang naik. Dari pelabuhan perlu menggunakan ojek untuk pergi ke pemukiman karena jaraknya yang lumayan jauh. Saya menyewa penginapan milik warga untuk istirahat sampai matahari terbit.

Seusai sarapan saya bergegas menuju kantor kecamatan dilanjutkan Kantor Pelabuhan Kisar dan Puskesmas Wonreli Kisar. Sebisa mungkin kebutuhan survei terpenuhi dalam waktu singkat karena saya dijadwalkan untuk pulang di hari yang sama. Perjalanan pulang menggunakan pesawat perintis Susi Air berpenumpang 10 orang ke Kupang.

Setelah kebutuhan survei dipenuhi, saya bergegas menuju Bandara John Becker Kisar untuk pulang dengan ojek seharga Rp50.000. Dari kejauhan bandara terlihat sepi, hanya ada satu petugas duduk di loket. Saat turun dari ojek, sang petugas mengabarkan bahwa pesawat ditunda penerbangannya sampai esok hari. Hanya itu satu-satunya penerbangan untuk keluar dari Kisar alhasil harus sabar menunggu.

Saat kembali ke penginapan, pengelola mengatakan sudah menjadi hal biasa jadwal transportasi dari dan menuju Kisar berubah mendadak dan tidak ada kepastian. Saya bersyukur pesawat benar-benar datang keesokan harinya. Dua jam waktu penerbangan dari Kisar ke Kupang. Pesawat Kupang – Jakarta belum saya pesan karena tidak pastinya jadwal di Kisar. Sesampainya di Kupang saya akhirnya pesan namun tiket pesawat ke Jakarta hari itu sudah ludes terjual. Lagi-lagi tertunda satu malam.

Rencana survei yang saya susun berlangsung selama dua hari molor menjadi empat hari. Seketika teringat pesan kawan di Jakarta bahwa akses transportasi ke Kisar memang tidak mudah, diperkuat oleh kata-kata Kepala Dinas dan pengelola penginapan. Melalui Kupang menjadi rute terbaik untuk sampai di Kisar namun perlu digarisbawahi bahwa jadwalnya bisa berubah sewaktu-waktu. Jangan heran ketika rencana sudah disusun matang namun harus berubah karena akses transportasi.