15 Juli 2018

Pelayanan Medis dengan RSA dr. Lie Dharmawan di Kei Besar, Maluku Tenggara, Maluku (29 Juni – 6 Juli 2018)

Share

Setelah terakhir kalinya pada 2015, tim relawan doctorSHARE kembali menggelar pelayanan medis di Pulau Kei, Maluku Tenggara, Maluku pada 2018. Pelayanan medis dilaksanakan di tiga titik yang ada di Pulau Kei Besar. Kali ini doctorSHARE menerjunkan 20 relawan diantaranya 16 relawan medis yang terdiri dari dokter, perawat, apoteker, dan bidan serta empat relawan non-medis. Rangkaian kegiatan diantaranya pelatihan tenaga medis lokal, pengobatan umum, bedah minor, bedah mayor, dan pemeriksaan kandungan.

Pelayanan medis diawali pelatihan untuk bidan dan kader kesehatan lokal. Salah satu relawan medis doctorSHARE, dr. Evy Asali, Sp.OG menyampaikan materi tentang identifikasi Human Papilloma Virus (HPV) dan mengenali gejala kanker leher rahim (serviks). Pada sesi selanjutnya, materi yang disampaikan yaitu tentang proses melahirkan bayi sungsang. Para bidan dan kader mendapat kesempatan mempraktikan langsung proses melahirkan dengan boneka peraga.

Kegiatan dilanjutkan dengan pengobatan umum di Desa Mun Ohoiir pada Sabtu (30/6). Mun Ohoiir ditempuh sekitar satu hingga dua jam perjalanan laut dari pusat Pulau Kei Besar, Elat. Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan membawa tim untuk menuju Mun Ohoiir. Sesampainya di Mun Ohoiir masyarakat sudah ramai menunggu layanan pengobatan umum dimulai. Tercatat ada 133 pasien yang datang untuk berobat.

Keesokan harinya tim bergerak menuju Desa Fako untuk melaksanakan pengobatan umum kembali. Dari Pelabuhan Elat tim menempuh perjalanan darat sekitar satu jam. Tim bergegas menyiapkan pengobatan umum karena masyarakat sudah mulai berdatangan. Jumlah pasien pengobatan umum di Desa Fako yaitu 129 pasien. Setelah dari Fako, tim kembali ke Elat untuk pengobatan umum di Pelabuhan Elat. Masyarakat Elat yang berobat di pengobatan umum berjumlah 111 orang.

Berdasarkan laporan Koordinator Pengobatan Umum, Benny Wijaya total pasien pengobatan umum di tiga tempat tersebut yaitu 373 pasien. Lima penyakit terbanyak yang ditemukan tim relawan medis yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Myalgia (nyeri otot), Hipertensi (darah tinggi), Dispepsia (maag), dan dan Cephalgia sakit kepala).

Pada Senin (2/7) pelayanan medis dipusatkan di Pelabuhan Elat, lokasi RSA dr. Lie Dharmawan bersandar. Pelabuhan Elat dipilih karena memiliki dermaga yang cukup besar untuk bersandar dan arus yang tenang. Operasi mayor dan minor dilaksanakan di RSA dr. Lie Dharmawan selama tiga hari.

Menurut hasil rekap pasien tercatat ada 28 pasien operasi mayor dengan kasus terbanyak Hernia. Dua diantara jumlah pasien operasi mayor adalah tindakan Sectio Caesarea (operasi sesar) untuk ibu yang hendak melahirkan. Jumlah pasien operasi minor yaitu 42 pasien dengan dua kasus terbanyak yaitu Lipoma dan Kista Ateroma.

Sulitnya akses

Tim relawan sempat menemui kendala akses transportasi menuju tempat-tempat pelayanan medis di Kei Besar. Saat tim hendak menuju Mun Ohoiir dikabarkan akses jalan darat terputus. Perjalanan diharuskan melalui jalur laut untuk bisa sampai di Mun Ohoiir. Keadaan ini juga dikeluhkan oleh petugas kesehatan di Puskesmas Mun. Keadaan jalan dan tidak adanya kendaraan darat membuat pihak puskesmas sulit membawa pasien ke Elat, terutama dalam kondisi darurat.

Saat menuju Fako perjalanan dilalui menggunakan mobil bak terbuka. Tidak ada kendaraan lain yang mau menuju Fako selain mobil bak terbuka. Kondisi jalan yang buruk dan menanjak menjadi alasan hanya kendaraan tertentu yang bisa menuju Fako. Pengemudi mobil juga tidak mau melakukan perjalanan jika hari mulai gelap dan hujan karena dianggap berbahaya untuk keselamatan.

Menurut Koordinator Lapangan Pelayanan Medis doctorSHARE di Kei Besar, Swenda Twin Augusti secara keseluruhan pelayanan medis berjalan dengan baik. Pemilihan tempat di Pulau Kei Besar juga dianggap sesuai untuk melaksanakan pelayanan medis. “Pulau Kei Besar sangat tepat untuk lokasi pelayanan medis karena masyarakatnya yang terpencar dan jauh dari rumah sakit besar,” kata Swenda.