28 Agustus 2018

Pelayanan Medis dengan RSA dr. Lie Dharmawan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (5 – 11 Agustus 2018)

Share

Tim relawan doctorSHARE bersama Rumah Sakit Apung (RSA) dr. Lie Dharmawan melayani masyarakat Indonesia pada 5 – 11 Agustus 2018. Pelayanan medis kali ini dilaksanakan di Kecamatan Batui dan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Menurut data UU No 51/1999, Kabupaten Banggai memiliki luas wilayah 9.672 km2 atau sekitar 14,22% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.

Beranggotakan 15 orang relawan medis dan lima orang relawan non-medis, tim doctorSHARE memulai perjalanan dari Jakarta menuju pada Minggu (5/8) dini hari. Setibanya di Makassar tim langsung melanjutkan perjalanan menuju Ibukota Kabupaten Banggai, Luwuk. Setibanya di Bandara Syukuran Aminuddin Amir, Luwuk tim melanjutkan perjalanan darat menuju Kecamatan Batui dengan waktu tempuh hampir tiga jam perjalanan.

Tim melaksanakan Balai Pengobatan (BP) dan pemeriksaan awal (screening) pasien operasi pada keesokan harinya (6/8). BP dan screening dilaksanakan di Dermaga PT. Banggai Sentral Sulawesi pada pukul 07.00 WITA sampai 13.00 WITA. Berdasarkan laporan Koordinator BP, Benny Wijaya, S.Farm., Apt. tercatat ada 171 pasien yang hadir memeriksakan kondisi kesehatannya.

doctorSHARE juga mengirimkan tim untuk datang melakukan BP di pemukiman salah satu suku terasing di Banggai, Suku Kahumamahon di Dusun Tombiyobong, Desa Maleo Jaya, Kecamatan Batui Selatan pada hari yang sama. Tim menempuh perjalanan sekitar dua jam perjalanan darat dari Kecamatan Batui untuk sampai di pemukiman Suku Kahumamahon. Sebanyak 42 orang dari berbagai kategori umur datang untuk berobat.

Balai pengobatan kembali dilaksanakan di wilayah Kebun Delta Subur Permai pada Jumat (9/8). Tim menerjunkan enam orang relawan karena sebagian relawan sedang melaksanakan operasi mayor dan minor. Dalam BP kali ini tercatat ada 110 pasien yang datang berobat dan konsultasi mengenai kesehatan. Total pasien BP dari tiga tempat tersebut yaitu 323 pasien.

Pada 7 – 9 Agustus 2018 pelayanan medis difokuskan di RSA dr. Lie Dharmawan yang bersandar di Dermaga milik PT. Banggai Sentral Sulawesi. Selama tiga hari, kegiatan yang dilaksanakan adalah bedah mayor dan bedah minor di RSA dr. Lie Dharmawan. Pasien yang sudah melalui proses screening didata dan dijadwalkan untuk operasi. Pasien yang hadir tidak terbatas hanya dari Kecamatan Batui dan Batui Selatan, melainkan dari kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Banggai.

Koordinator Bedah Mayor, dr. Jessica Soeryawinata mengatakan ada 23 pasien dengan 25 kasus operasi mayor. Kasus terbanyak yang ditemui tim bedah mayor yaitu Hernia dan Lipoma. Menurut laporan Koordinator Bedah Minor, dr. Andre Bayu Nugroho untuk bedah minor menangani 53 pasien dengan kasus terbanyak yaitu Lipoma, Kista Atheroma, dan Clavus. Pelayanan bedah mayor dan minor di Kabupaten Banggai melebihi target awal jumlah pasien.

“Bedah mayor dan bedah minor masing-masing ditargetkan untuk 20 dan 35 pasien. Saat didiskusikan dengan tim, tim sanggup untuk menangani lebih dari target karena pasien yang datang banyak. Akhirnya target pasien ditambah saat pelaksanaannya,” ucap Koordinator Lapangan Pelayanan Medis di Kabupaten Banggai, Panji Arief Sumirat.

Kepala Puskesmas Kecamatan Batui, Pinus Lakawa turut mendukung berjalannya BP dan screening dengan menurunkan beberapa staf medis untuk membantu berjalannya pelayanan medis. Pinus Lakawa merasa senang karena jumlah warga yang berobat lebih banyak dari perkiraan awal.

“Khususnya kegiatan yang dilaksanakan di wilayah kami ini, saya sangat bersyukur dan berterima kasih karena sudah membantu masyarakat yang berada di Kecamatan Batui. Terutama melaksanakan operasi dan mengadakan pengobatan umum, kami sangat berterima kasih sekali,” tutur Pinus Lakawa.

Masyarakat turut merasa terbantu dengan pelayanan medis di Kabupaten Banggai. Salah satu pasien, Hasrun merasa sangat terbantu dengan pelayanan BP dan operasi yang dilakukan. Menurutnya, selama ini pelayanan pemeriksaan kesehatan dan operasi memang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lokal, hanya saja warga kerap merasa keberatan dengan biaya yang harus dikeluarkan.